Wisata Bisnis – Jogja merupakan kawasan yang cukup padat penduduk. Hampir tak ada rumah yang memiliki pekarangan. namun tidak mempunyai lahan untuk bercocok tanam bukan menjadi hambatan bagi warga Tompeyan, Tegalrejo.
Untuk menghijaukan kampung mereka, lahan yang sempit disulap menjadi hijau dengan aneka tanaman sayuran. Tidak hanya itu budidaya sayuran difokuskan di empat lokasi lahan sempit, ditengah perkampungan dengan titik luas 100-400 meter persegi.
Beragam jenis sayuran yang biasanya ditanam seperti, cabai, tomat, sereh, jahe merah, kangkung, dan kelor.
“Ide ini bermula karena banyak lahan kosong tak terawat hanya ditumbuhi rumput ilalang,” ungkap Ketua LPMK Tegalrejo Tri Mulyono.
Setelah ditelusuri, ternyata pemilik lahan kosong itu bukanlah warga setempat. Ada juga lahan yang ditinggal begitu saja.
Tri bersama warga yang lain lalu berinisiatif melakukan pendekatan kepada anggota keluarga pemilik lahan kosong itu. Bukan hanya itu, gagasan budidaya tanaman sayur pun setelah mendapat persetujuan warga.
Gerakan penghijauan pun dilakukan selama dua tahun sejak 2017 sampai sekarang. Tri terus memberikan motivasi warganya untuk menanam sayuran di sekitar rumah.
”Alhamdulillah respon mereka baik semua,” katanya.
Sejauh ini gerakan budidaya tanaman organik di Tompeyan memang belum mengarah pada kesejahteraan ekonomi warga setempat. Alasannya, warga belum bisa menjaga konsistensi dalam budidaya tanaman sayuran sehingga gerakan itu masih sebatas sebagai sarana untuk menjalin keakraban antarwarga.
“Hasil panennya sementara ini untuk konsumsi sendiri dulu,” tutur Tri.
Tri juga menjelaskan, selain menanam sayuran, warga Tompeyan juga punya gerakan budidaya perikanan, khususnya lele cendol. Ada 12 kolam yang dikelola, penggeraknya warga RW 02. Tri juga
Untuk menekan biaya produksi, Tri mendorong warga RW 02 membuat pakan lele sendiri, sehingga para peternak lele cendol tak lagi bergantung pada pakan ikan pabrikan.
Sejauh ini sudah enam kolam dipanen dan hanya menghasilkan 75 kilogram ikan. Sebenarnya hasil panen lebih dari 75 kilogram, namun sebagian dibagikan ke warga.
Tri berupaya melakukan penelitian dan studi banding ke beberapa peternak ikan lele untuk membuat pakan sendiri. Salah satunya dengan memanfaatkan limbah sayuran dan buah-buahan.