Wisata Bisnis – Malang memiliki potensi pariwisata yang terbilang lengkap, mulai dari pantai, pegunungan, kuliner dan masih banyak lagi.
Malang memiliki banyak perbukitan baik di wilayah pegunungan maupun sepanjang garis pantai di Malang Selatan hal ini membuat potensi wisata paralayang kini terkenal di Malang.
Ridwan Asnan, pria yang sudah terbang dengan paralayang sejak 1997 ini tertarik untuk membuka bisnis wisata paralayang. Pantai Modangan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, dipilihnya sebagai lokasi olahraga yang berada di bawah naungan Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) tersebut.
Ridwan Asnan atau biasa disebut dengan Abah Iwan itu bercerita, dia memulai bisnis paralayangnya pada tahun 2017 yang lalu.
“Kontur alam, arah angin, semuanya harus pas dan ini ada di Pantai Modangan,” ujarnya.
Tempat merupakan modal utama yang diperlukan dalam menjalankan bisnis ini. Sedangkan pemandangan alam yang indah merupakan modal tambahan yang bisa membuat bisnis ini mampu menarik wisatawan lebih banyak.
Abah Iwan bersama dengan pihak Perhutani membuat perjanjian kerjasama untuk memanfaatkan sebagian lahan dan dikelola menjadi spot wisata paralayang. Perjanjian tersebut memiliki jangka waktu selama 35 tahun.
“20% dari keuntungan wisata ini akan menjadi bagian FASI. Sisanya untuk pengelola,” imbuh Abah Iwan.
Pengunjung akan dikenakan tarif Rp 350.000 untuk terbang tandem selama lima hingga sepuluh menit untuk menikmati pemandangan indah pasir putih Pantai Mondangan.
Selain itu, antusias pengunjung wisata itu cukup besar. Dimana setiap harinya dia akan melayani lima sampai sepuluh terbang tandem. Pada akhir pekan saat banyak pengunjung yang datantg, dia melayani 20 sampai 40 kali penerbangan.
Terlebih, pada bulan November hingga April. Bulan November hingga bulan April adalah waktu yang tepat untuk terbang, dikarenakan hembusan angin stabil datang dari satu arah tertentu.
Abah Iwan juga sering melatih atlit nasional. Melihat potensi ini Abah Iwan juga menawarkan pelatihan terbang dengan paralayang dengan biaya kurang lebih Rp 8,5 juta untuk 40 kali terbang. Tidak hanya itu para peserta juga akan mendapatkan lisensi setelah lulus. Lisensi paling dasar adalah PL 1 dan lisensi tertinggi adalah PL 3.
Sebelum mengembangkan bisnis Spot paralayang di Pantai Modangan, Abah Iwan juga mengembangkan bisnis di Kota Batu, Desa Pandesari, Kecamatan Pujon Malang.
Di sini Abah Iwan tak hanya menyuguhkan paralayang sebagai wisata utama, namun juga sejumlah cafe. Sehingga, pengunjung masih bisa menikmati indahnya pemandangan perbukitan Kota Batu tanpa harus terbang dengan paralayang.
Bukan hanya itu Abah Iwan juga turut mengajak warga setempat untuk menjadi bagian dari bisnis yang dikembangkannya. Dia ingin memberikan dampak ekonomi bagi warga setempat. Dia memberikan training untuk beberapa warga yang menjadi tukang ojek dimana nantinya mereka akan mengantarkan wisatawan kembali ke titik take off setelah melakukan landing.
Maklum saja, titik take off dan landing cukup jauh. Pasti lelah dan memakan waktu yang lama jika ditempuh dengan berjalan kaki.
“Tarifnya hanya Rp 15.000, ini untuk yang mengantarkan pengunjung kembali ke titik take off,” jelas Abah Iwan.
Berbeda dengan di Pantai Mondangan, periode terbaik terbang di Kota Batu berlangsung mulai April hingga November. Selama bulan ini, angin berhembus dengan stabil dari arah timur dan selatan.
Selain pada bulan itu, Abah Iwan tidak merekomendasikan untuk terbang. “Karena tidak bisa terbang, saya mencari alternatif, ketemulah Pantai Mondangan itu,” ujarnya